blog ini merupakan blog yang berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan dunia pendidikan, keilmuan dan juga dunia penelitian.

Laman

Friday 19 May 2017

PRILAKU MENYIMPANG “AKSI BOLOS REMAJA PADA SAAT JAM SEKOLAH BERLANGSUNG”

Prilaku Menyimpang “Aksi Bolos Remaja Pada Saat Jam Sekolah Berlangsung”
Era globalisasi adalah era dimana dunia dalam masa perkembangannnya, semua mengalami perubahan yang sangat signifikan, baik dibidang ekonomi, social, budaya, tatanan nilai, dan sebagainya. Semua mengalami perubahan baik perubahan secara positif dan tak jarang pula yang justru berubah ke arah negative. Globalisasi memberikan dampak yang sangat positif khususnya didunia ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. Dibidang kebudayaan dan tatanan nilai, bayaknya kebudayaan yang mampu berakulturasi dengan budaya lokal bias menambah keanekaragaman budaya di suatu Negara tersebut. Selain itu kita dapat mencontoh nilai-nilai yang baik dari Negara lain
Namun dibalik itu semua, globalisasi memberikan dampak yang buruk terhadap tatanan nilai dalam masyarakat apabila masyarakat itu tidak dapat memilih dan memilah mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Akibatnya, banyak nilai dalam masyarakat yang mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Sehinnga wajar saja seandainya kita menemukan penyimpangan-penyimpangan dalam masyarakat. Banyak sekali masyarakat yang mulai tidak memperhatikan hukum dan norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga ia menghalalkan segala cara untuk menggapai apa yang diinginkannya. Kedaan masyarakat tanpa norma ini biasa disebut prilaku menyimpang (Winfree & Abadinsky, dalam jonaidi, 2013: 4). Prilaku menyimpang adalah prilaku atau kebiasaan melanggar norma atau hukum yang berlaku dalam masyarakat atau Negara tempat di mana ia tinggal. Dengan kata kata lain penyimpangan adalah suatu kegagalan dalam menyesuaikan norma atau hukum yang berlaku. Menurut Emile Durkheim (dalam jonaidi, 2013: 7) prilaku menyimpang disebut kejahatan kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang “normal” atau suatu tindakan yang melanggar norma atau peraturan di dalam masyarakat. Perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
Penyimpangan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun penyimpangan juga banyak dilakukan oleh anak-anak dan juga remaja. Penyimpangan pada remaja biasanya terjadi sebagai akibat kegagalan dalam proses penanaman nilai dalam kehidupannya. Banyak sekali penyimpangan yang biasa dilakukan oleh remaja. Dan tak heran jika masa remaja disebut masa rawan kenakalan. Kenakalan kenakalan pada remaja biasa atau lebih popular dengan sebutan kenakalan remaja.
Remaja adalah masa-masa dimana seseorang akan memasuki masa selanjutnya, yaitu masa dewasa. Pada masa ini adalah masa rawan karena pada masa ini seseorang sedang aktf-aktifnya untuk mencari jati diri (sumantri, 2012: 11). Oleh sebab itu, pengawasan dan control dari orang tua sangat dibutuhkan, karena apabila pengawasan lengah, dan anak tidak mendapat perbekalan tatanan ilia yang kuat, dikhawatirkan para remaja akan terjerumus kedalam pergaulan-pergaulan yang menyimpang.
Priaku menyimpang pada remaja atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja bisa dikatakan cacat social pada remaja, karena remaja tidak lagi memperdulikan norma-norma dalam masyarakat. Dimiyati (dalam, jonaidi, 2013: 7) menyatakan bahwa perilaku menyimpang anak/remaja ditinjau dari segi pendidikan yaitu mereka dianggap mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, tidak mentaati peraturan yang berlaku mengalami kesulitan dalam pergaulan dan aspek lain yang mengganggu serta merugikan dirinya sendiri atau merugikan orang lain. Akibatnya penyimpangan tingkah laku mereka semua ini dilakukan berulang kali oleh mereka.
Sebenarnya kenakalan remaja tidak akan terjadi apabila keluarga sebagai media sosialisasi yang  pertama dalam kehidupan seseorang dapat menjalankan perannya dengan baik. Keluarga selain sebagai sosialisator, keluarga juga sebagai pondasi penanaman nilai dan kepribadian. Apabila nilai dan kepribadian tang ditanamkan keluarga kokoh maka akan sedikit keungkinan ia akan terjerumus ke dalam pergaulan yang menyimpang. Namun di tengan kemajuan zaman, banyak sekali keluarga yang tidak lagi menjalankan perannya dengan baik. Dimana orang tua lebih cenderung bekerja untuk mencari nafkah dari pada menananmkan nilai-nilai kepribadian kepada anaknya. Selain itu keadaan keluarga yang tidak harmonis (broken home) juga sangat berpengaruh dalam terhadap kepribadian sesorang (Arrahman. dalam jonaidi, 2013: 3). Sehingga wajar saja kalau seseorang diusia remajanya sudah banyak melakukan penyimpangan.
Penyimpangan social yang paling umum dilakuan oleh remaja pada usia sekolah sangat beragam, mulai dari terlambat masuk sekolah, bolos dijam pelajaran, aksi tawuran, bahlkan sampai pada tinggkat mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Namun yang paling umum dijumpai adalah aksi bolos pada saat jam pelajaran berlangsung.
Aksi bolos pada saat jam pelajaran sebenarnya suatu tindakan yang sangat disayangkan untuk terjadi, murid yang seharusnya berada di sekolah justru berkeliaran di luaran sekolah. Aksi bolos pada siswa ini terjadi karena kegagalan orang tua dalam menanamkan tanggung jawab terhadap anaknya. Anak menjadi tidak mengerti akan apa tanggung jawab selama ia di sekolah. Selanjutnya sistem dan peraturan yang ada di dalam sekolah itu sendiri bisa menjadi pemicu aksi bolos para sisiwa. Jika peraturan dan sangsi yang diberikan tidak tegas maka para siswa akan sering melakukan aksi bolos. Selain itu, lingkungan di mana siswa belajar sangat mempengaruhi kebiasaan buruk ini, apabila remaja bergaul dengan remaja yang memiliki kebiasaan bolos maka besar kemungkinan ia akan terpengaruhi dan mengikuti perbuatan yang menyimpang ini.
Sebenarnya prilaku in dapat ditanggulangi sejak dini, berawal dari penananman tatanan nilai pada anak oleh orang tuanya, para orang tua dituntut untuk paham terhadap perkembangan anaknya, selain itu orang tua sebagai sosialisator pertama harus benar-benar menanamkan nilai-nilai yang positif terthadap anaknya. Kebutuhan anak bukan sekedar materi, namun lebih kepada kasih sayang dari orang tuanya. Sekolah selain sebagai tempat untuk pengajaran ilmu pendidikan juga harus berperan dalm penanaman kepribadian, jangan sampai sekolah menjadi tempat berkumpulnya para remaja yang memiliki prilaku yang menyimpang. Selain itu peraturan yang ketat serta sangsi yang yang tegas harus dicanangkan di sekolah, hal ini bertujuan agar memberi efek jera pada remaja yang ingin melakukan aksi bolos jam sekolah dan prilaku menyimpang lainnya. Selanjutnya kepada remaja diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam memilih teman, karena jika salam dalam memilih akan berakibat fatal, teman yang baik akan membawa seseorang dalam lingkungan yang baik, namun jika bergaul dengan teman yang memiliki kebiasaan menyimpang maka prilaku menyimpang juga akan menular pada orang tersebut.
Generasi muda adalah generasi penerus bangsa, masa depan bangsa ini ada dalam genggaman para pemuda. Maju atau mundur tergantung gerak dan prilaku pemuda di dalamnya. Jika pemuda di dalam Negara tersebut sudah memiliki prilaku yang menyimpang bakal dibawa kemana bangsa ini, sudah saatnya pembenahan dilakukan disegala bidang terlebih terhadap tatanan nilai, demi bangsa dan Negara yang lebih baik lagi nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Jonaidi, 2013. Analisis Sosiologis Terhadap Perilaku Menyimpang Siswa Pada Sma Pembangunan Kabupaten Malinau, (online),Vol. 1, No. 3.

Sumantri, mulyani, 2012. Perkembangan peserta didik, edisi 1, Tanggerang Selatan: universitas terbuka.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA

A.    Pertumbuhan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan manusia merupakan dua sisi mata uang yang menunjukkan gambaran yang berbeda, tetapi merupkan dua hal yang tak terpisahkan, bahkan kadang dikacaukan pengertiannya. Secra umum, pertumbuhan dan perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat progresif dan terus menerus. Pertumbuhan berkaitan dengan perubhan yang bersifta kuantitatif, yang mengacu pada jumlah, besar, serta luas yang bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan merupakan perubhan secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik ynag berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu. Hasil pertumbuhan berupa bertambahnya akuran kuantitatif dari fisik anak seperti tinggi dan berat badan, kukuatan, ataupun proporsi sehingga secara ringkas pertumbuhan adalah proses perubahan dan kematangan fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau perbandingan.
Perkembnagan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkemabangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perekambangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, seadangkan proses pertumbuhan seringkalai akan berhenti jika seseorang telah mencapai kematangan fisik
Terdapat beberapa perbedaan antara pertumbuahan dengan perkemabangan. Pertumbuhan lebih banyak berkenaan dnegan aspek-aspek jasmaniah atau fisik, sedangkan perkembangan berhubuangan dengan aspek-aspek psikis atau rohaniah. Pertumbuhan menunjukkan perubahan atau penambahan secara kuantitas, yaitu penambhan dalam ukuran besar atau tinggi, sedangkan perkembangan berkenaan dengan peningkatan kualitas, yaitu peningkatan dan penyempurnaan fungsi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkenaan dengan penyempurnaan struktur, sedangkan perkembangan penyempurnaan fungsi.
Susilo Widradini (1995:2) menyatakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembnagan harus berjalan seiring dan merupakan proses yang tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) hereditas, (2) lingkungan, (3) kematangan fisik dan psikis (4) serta aktivitas anak sebagai subjek bebas yang punya otoritas untuk membuat pilihan, menerima, atau menolak, serta memiliki emosi.
Fakto-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap perubahan dalam perkembangan adalah :
1.      Penampilan diri.
Perubahan yang dapat meningkatkan tampilan diri akan cendrung diterima dan diulangi, sedangkan perubahan-perubahan yang dapat mengurangi penampilan akan ditolak atau berusaha untuk ditutupi.
2.      Perilaku.
Perubahan perilaku memalukan seperti yang terjadi pada masa pubertas dan usia lanjuta akan berpengaruh pada perkembangan perilaku selanjutnya.
3.      Stereotip Budaya.
Dari berbagai media, orang mempelajari stereotip budaya yang seringkali dikaitkan dengan ciri khas manusia pada tahap perkembangan tertentu.
4.      Nilai-nilai Budaya.
Setiap budaya memiliki nilai yang dikaitkan dengan usia-usia yang berbeda.
5.      Perubahan Peranan.
Sikap sterhadap orang dari berbagai usia dipengaruhi oleh peran yang mereka mainkan.
6.      Pengalaman Pribadi.
Pengalaman pribadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap individu dalam menghadapi perubahan dalam perkembangan. Kewenangan dan kewibawaaan dapat dipertajam dari pengalaman yang pernah diperoleh.
B.     Prinsip-Prinsip Perkembangan
Gambaran tentang pola pekembnagan secara tepat akan dapat dipakai sebagai dasar untuk memahami anak-anak, sekaligus mempunyai nilai ilmiah yang bersifat peaktis,yaitu:
1)      Pengetahuan tentang pola perkembangan akan membantu mengengetahui apa yang di harapkan dari anak pada usia tertentu dan pada usia berapa akan muncul pola prilaku tertentu,serta kapan pola tersebut akan diganti oleh pola yang yang lain.
2)      Pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari anak pada usia tertentu memungkinkan disusunya pedoman dalam bentuk sekala tinggi dan berat badan,skala usia mental,dan sekala perkembangan sosial dan emosional.
3)      Berhasilnya suatu perkembangan membutuhkan bimbingan dan pembinaan.oleh karena itu, pegatuhan tentang pola pekembagan memungkinkan orang untuk dapat membimbing proses belajar anak pada waktu yang tepat, yaitu pada masa peka yang merupakan masa paling tepat untuk berkembangnya kemapuan tertentu.
4)      Pengetahuan tentang pola norma dalam tahapan perkembangan tertentu dapat dipakai sebagi cerita untuk mengenali secara didni perkembangan anak yang mungkin menyimpang dari pola umum.
Perkembnagn yang disebut juga prinsip-prinsip perkembangan .prinsip perkembnagan perkembnagn tersebut menunjuk adanya beberapa pemikiran yang perlu dipedomani dalam usaha memahami perkembangan.
Hurlock (1997:29) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip perkembnag tersebut meliputi,antara lain,  yaitu:
1)      Perkembangan melibatkan adanya perubahan.
Perkembnagn selalu ditandai adanya perubhan yang bersifat progresif yang bertujuan agar manusia dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan dengan cara realisasi diri dan pencapayan kemapuan genetik karena pertumbuhan dan perkembangan merupakn istilah yang tidak terpisahkan.
2)      Pekembangan awal lebih kritis dari perkembangan selanjutnya.
Perkembangan merupakan proses kontinum, dimana perkembangan sebelumnya akan mempengaruhi perkembngan selanjutnya.oleh karena itu, kesalahan atau pun ganguan pada perkembangan awal akan terus mempengaruhi perkembangan-perkembangan brikutnya, sikap, kebisaan, pola prilaku yang di bentuk pada tahun-tahun pertama akan mentukan seberapa jauh individu dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan pada tahap-tahap berikutnya
3)      Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Dalam kehidupan sering sulit dibedakan perubahan yang merupakan hasil belajar dengan perubahan karena kematangan, Perkembngan individu berlangsung sepanjang hayat,dimulai sejak masa pertemuan sel ayah dengan ibu dan berahir pada pada saat kematianya. Perkembang individu juga tidak selalu sama, seseorang berbeda dengan yang lain nya. Meskipun demikian para ahli terus berusaha mengadakan penelitian tentang kecendrunganperkembangan.
Dari penilitan tersebut dapat disimpulkan beberapa kencendrungan yang merupakan prinsip perkembangan.
a)      Perkembangan langsung seumur hidup dan meliputi seluruh aspek.perkembangan bukan hanya berkenaan dengan asep-aspek tertentu tetapi semua aspek.
b)      Setiap individu memiliki kecepatan dan kulitas perkembangan yang berbeda, seseorang mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan perkembanganya dalam hal tersebut sangat cepat,sedangkan kemapuannya yang lainnya kurang dan perkembangan nya lambat, walaupun induvidu pada umumnya berada pada situasi sedang-sedang.
c)      Secara relatif, perkembangan beraturan dan mengikuti pola-pola tertentu.perkembangan suatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum berjalan, meraban sebelum berbicara, dsb.
d)     Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur, sedit demi sedikit. Secara normal,peses perkembangan tersebut berlansung sedikit demi sedikit, tetapi dalam situasi-situasi  tertentu dapat juga terjadi lompata-lompatan atau bahkan kemacetan.
e)      Perkembangan berlangsung dari kemapuan yang bersifat umum menuju ke yang lebih kusus, mengikuti proses diferensasi dan integrasi.
f)       Secara normal, perkembangan indidvidu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor kusus, fase tertentu dilewati dengan cepat atau sangat lambat.
g)      Sampai batas-batas tertentu, perkembangan suatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat .perkembang dipengaruhi oleh faktor pembawan maupin lingkungan.
h)       Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar berkorelasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kempuan sosial berkembamg sejaar dengan kempuan berbahasa, kemapuan motorik dengan pengamatan, dan seterusnya.
i)        Pada saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu, perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun anak wanita lebih cepat kematangan sosial dan moralnya dibandingkan dengan anak laki-laki.pertumbuhan fisik laki-laki umumnya lebih tingi di bandimgkan wanita. Laki-laki kuat dalam kemapuan inteleknya, sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampunan bahasa dan estetikan atau keindahan.
4)      Pola perkembangan dapat diramalkan
Pola perkembangan manusia mengikuti pola umum. Oleh karena itu dengan melakukan pengamatan longgitudinal  sejak awla perkembagan anak akan dpay diramaikan pola perkembagan berikutnya baik yang menyangkaut pertumbuhan fisik maupun perkembangan fisikis.
5)      Pola perkembgan mempinyai karakteristik yang dapat diramalkan,
diramalkan tidak hanya pola pekembangan yang dapat diramalkan tetapi karakteristik tertentu dari tingkat perkembangan juga dapat diramalkan,baik dalam ukuran, an kapan kematangan atau yang sering disebut dengan masa peka(masa yang paling tepat untuk mengembangakan kemapuan tertentu) akan muncul perencanaan pendidikan,persiapan untuk tahap berikutnya serta perencanan pekerjaan maupun untuk kepentingan adopsi.

6)      Dalam perkembangan ditemui perbedan individual,
Meskipun perkembangan manusia mengikuti pola umum, tempo irama dan irama, pekembngan bersifat indiviual, dalam pengertian kecepatan,urutan perkembangan,serta kualitas kemapuan yang dapat dicapai setiap individu tidak sama,hal tersebut menyakut sifat manusia yang unik.
7)      Setiap periode perkembangan mengandung harapan sosial,
Peneliti membuktikan bahwa manusia dapat mempelajari pola prilaku dan kterampilan tertentu dengan lebih baik dan berhasil pada usia tertentu dubandingan kan dengan pada tingkat usia yang lain,harapan sosial sering pula dipakai oleh kelompok masyarakat sebgai cerita untuk menetapkan apakah perkembangan seseorang termasuk perkembangan termasuk perkembanga yang normal atau tidak.
8)      Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya sosial.
Walaupun pola perkembanga bergerak normal,selalu perlu diwaspadai adanya ganguan,baik yang berasal dari dirinya atau punlingkungan.
9)      Kebahagian bervariasi pada berbagai fase perkembangan,
kebahagian merupakan pengalaman yang subjektif yang tidak mungkin di gambarkan dengan ukuran dan prosedur objektif.subjektifitas rasa bahagia tersebut menyagkut perbedaan individual yang berbeda antara satu dengan yang lain, juga menyagkut subjektifitas pada setiap tahapan perkembangan
C.    Aspek-Aspek Perkembangan
Meskipun topik yang digunakan adalah aspek perkembangan, di dalamnya terkadung maskud pertumbuhan juga. Banyak ahli yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadisecara menyeluruh dalam diri seorang anak. Menyeluruh dalam arti menjangkau dalam hampir semua aspek kehidupan anak, di mana perubahan pada satu aspek berkaitan dengan pembahan pada aspek yang lain. Oleh karena itu, orang menyebut perkembangan anak dengan perkembangan perilaku sehingga pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat diurai sendiri-sendiri. Akan tetapi, untuk kepentingan pemerian, perkembangan anak dapat dicandra secara sendiri-sendiri dalam berbagai dimensi khusus.
Dimensi dalam kerangka tersebut adalah kompetensi khusus yang memberat pada fungsi tertentu, seakan-akan mengabaikan fungsi lain terhadap fungsi tersebut. Perlu ditambahkan bahwapembagian dimensi perkembangan anak bersifat nisbi, dalam arti berubah menurut pengamat yang berbeda dan empiris dalam arti didasari oleh temuan terhadap suatu tanda / gejala tertentu yang dapat diukur dalam perkembangan anak.
1.      Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak masih dalam kandungan hingga ia dewasa. Proses perubahannya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horisontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh. Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur dengansel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Ketika usia embrio mencapai satu bulan, besarnya sekitar 0,5 cm. Pada usia dua bulan, ukuran embrio membesar menjadi 2,5 cm dan kemudian disebut sebagai fetus. Satubulan kemudian, yaitu usia kandungan mencapai tiga bulan, fetus tersebut telah berbentuk menyerupai bayi dalam ukuran kecil dan menurut ajaran Islam pada usia tiga bulan kehamilan tersebut anak dalam kandungan mulai ditiupkanruhkehidupan.
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang sangat kompleks karena masa tersebut merupakan masa terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan syaraf yang membentuk sistem yang sempurna. Selama masa perkembangan dalam kandungan tersebut, terjadi pertumbuhan pesat pada jaringan otak. Pertumbuhan jaringan otak menentukan kualitas perkembangan kognitif anak. pertumbuhan dan perkembangan janin diakhiri saat kelahiran. Kelahiran pada dasarnya merupakan kematangan biologis dan jaringan syaraf telah mampu berfungsisecara mandiri dalam pengertian tidak tergantung lagi pada suplai dan kendali tali pusar dalam kandungan ibunya.
Pertumbuhan fisik setelah lahir merupakan kelanjutan dari pertumbuhannya sebelum lahir. Proses tersebut melibatkan pertambahan berat, penambahan panjang, dan pertambahan ketebalan tubuh, yang berlangsung hingga dewasa. Selama tahun pertama pertumbuhannya, ukuran panjangbadannya akan bertambah menjadi sekitar tiga kalinya. Pertumbuhan bukannya tidak terbatas. Pertumbuhan pertama-tama dibatasi oleh faktor genetis yang diturunkan. Pemenuhan kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial dibandingkan dengan kecukupannya, serta kehadiranzat beracun juga membatasi bentuk dan ukuran tubuh. Pembatas lain adalah rasio luas permukaan dengan volume tubuh, sebagai bagian terpadu dari mekanisme homeostasi.
Terdapat dua hukum pertumbuhan fisik yang berlaku umum dan menyeluruh (Satoto, 1993), yaitu hukum chepa locaudal dan hukum proksimodistal. Menurut hukum chepalocaudal, pertumbuhan dimulai dari arah kepala menuju ke kaki. Bagian kepala tumbuh lebih dahulu daripada daerah-daerah lain. Kematangan pertumbuhan juga berlangsunglebih dahulu di bagian kepala, kemudian berlanjut ke bagian-bagian lafn dari tubuh. Bayi barulahir sudah dapat menggerakkan mata atau bibir, kemudian pada masa berikutnya mampu menggerakkan lengan dan tangan dan kemudian disusul dengan kemampuan menggerakkan tungkai dan kaki. Sebagai akibatnya, bayi yang baru lahir memiliki kepala yang secara proporsi lebih dari bagian lain. Pada masa-masa pertumbuhan berikutnya, kepala secara proporsional menjadi lebih kecil.
Menurut hukum proximodistal, pertumbuhan berpusat dari daerah sumbu (proximo) ke arah tepi (distal). Alat-alat yang berada di daerah sumbu, misalnya jantung, alat-alat nafas, dan pencernaan tumbuh lebih dahulu dan lebih pesat dibandingkan di daerah tepi misalnya anggota gerak badan.
2.      Pertumbuhan Otak
Pertumbuhan otak mendapatkan perhatian khusus. Hai tersebut terbukti dengan banyaknya asumsi ahli pertumbuhan otak berkaitan dengan perkembangan anak, terutama perkembangan kognitifnya. Otak merupakan organ vital yang sangat besarpengaruhnya terhadap tumbuh kembang karenafungsinya sebagai pusat koordinasi aktivitas gerakan, tingkah laku, maupun psikomotor.
Winnick dan Noble (1965) menyatakan bahwa pertumbuhan otak dan ginjal merupakan jaringan yang lebih dahulu berhenti tumbuh, dibandingkan dengan jaringan lain. Pertumbuhan otak Juga mengenal pola umum, yaitu berbentuk sigmoid. Pertumbuhan otak yang cepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai sekitar 5-6 bulan pertama waktu setelah kelahiran. Pada masa tersebut terjadi pembelahan sel-sel otak yang pesat dan setelah itu pertumbuhan masih berjalan secara lebih lambat sampai anak mencapai umur 2 tahun. Chase (1971) menyebutkan bahwa lebih kurang 75% sel otak sudah terbentuk pada saat kelahiran.
Pertumbuhan otak berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu tahap hiperpiasia pertamanya, tahaphiperplasisi dan hipertrofi sebagai fase keduanya, serta tahap hipertrofisaja sebagai fase ketiganya. Pada fase hiperplasia terjadi pertambahan jumlah set otak karena sel-sel mengalami pembelahan. Pada fase hiperplasia dan hipertrofi, selain terjadi pembelahan sel jugaterjadi penambahan ukuran sel dan pematangan sel. Sedangkan, dalamfase hipetrofi terjadi penghentian pembelahan sel, tetapi hanya terjadi pembesaran ukuran sel.
Otak mengalami masa pesat tumbuh dua kali, yaitu pada masa kehamilan minggu ke 15 sampai 20 dan minggu kedua umur kehamilan 30 minggu sampai akhir tahun pertama setelah kelahiran. Masa pesat pertumbuhan jaringan otak adalah rawan. Setiap gangguan pada masa tersebut akan mengakibatkan gangguan pada jumlah set otak dan mielinasi yang tidak bisa dikejar pada masa pertumbuhan berikutnya. Beberapa macam zat atau keadaan seperti kekurangan oksigen, kekurangan nutrisi, dan keracunan obat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak sehingga fungsinya juga terpengaruh.
3.      Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotor atau disingkat sebagai perkembangan motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan-kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat,syaraf,dan otot.Proses tersebut dimulai dengan gerakan-gerakan kasar (gross movement) yang melibatkkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan, lari, meloncat, dan lain-lain. Kemudian, dilanjutkan dengan koordinasi halus (finer coordination) yang melibatkan kelompok otot-otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melempar, menulis, menggambar, mewarna, dan lain-lain yang kedua-duanya perlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut kemudian mengarah pada pembentukan keterampilan (skill) yang secara tepat didefinisikan oleh Hurlock (1978) sebagai sesuatu yang otomatis, akurat, dan halus. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akhirnya akan menimbulkan kebiasaan. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa anak laki-laki ternyata memiliki keterampilan motorik yang lebih berkembang dari anak perempuan.
Keterampilan motorik memiliki struktur yang kompleks dan berbedabeda.terdapat dua dimensi keterampilan.yaitu dimensi ketepatan, kecepatan dan kekuatan (speed precision strength), serta dimensi koodinasi keseimbangan (balance coodination). Terdapat lima prinsip perkembangan motorik, yaitu perkembangan motor merupakan fungsi dari pematangan susunan syaraf dan Otot gerakan motorik tidak akan terjadi sampai anak memiliki kesiapan motor dan syaraf untuk gerakan tersebut, perkembangan motor secara umum mengikuti pola yang dapat diramalkan, hukum sefalokaudal dan hukum proksimodistal berlaku untuk Perkemban9han motor, dimungkinkan untuk menegakkan perkembangan motor, dan terdapat perbedaan individual dalam perkembangan motor.
4.      Perkembangan Kognitif
Keat (1985) melihat secara umum perkembangan mental atau perkembangan kognitif sebagai proses-proses mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir, danmengerti. la selanjutnya juga menjelaskan bahwa proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, inteligensia, belajar, pemecahan masalah, dan pembentukan konsep. Secara lebih luas menjangkau kreativitas, imajinasi, dan ingatan.
Dalam pandangan Piaget, perkembangan mental pada hakekatnya adalah perkembangan kemampuan penalaran logis (development of ability to reason logically). Baginya, makna berpikir dalam proses mental tersebut jauh lebih penting dari sekadar mengerti. Proses perkembangan mental bersifat universal dalam tahapan yang umumnya sama, tetapi dengan berbagai cara ditemukan adanya perbedaan penampilan kognitif pada tiap kelompok manusia. Sistem persekolahan dan keadaan sosial ekonomi mempengaruhi ter-jadinya perbedaan. pada perkembangan anak, demikian pula dengan budaya, sistem nilai, dan harapan dalam masyarakat masing-masing.
Pengaruh perkembangan bahasa terhadap kognitif cukup menarik untuk dikaji. Pada usia dini, kemampuan berbahasa belum menjadi bagian penting dari perkembangan kognitif karena kemampuan bahasa sedikit sekali diperlukan untuk kemampuan kognitif. Akan tetapi, pada tahap-tahap yang lebih lanjut, konsep perlu diklasifikasikan dikelompokkan. Kegiatan tersebut lebih mudah dilakukan dan hasilnya lebih mudah dimengerti dengan bantuan bahasa. Lebih-lebih dengan bertambahnya usia, kegiatan menulis, dan membaca merupakan bagian penting dari kegiatan kognitif. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat vital untuk kegiatan kognitif.
5.      Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suaatu kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Proses menuju kesesuaian tersebut paling  tidak mencakup tiga komponen, yaitu belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, bermain dalam peranan yang disetujui secara sosial, dan perkembangan sikap sosiai. Pengertian sosial dan tidak sosial sebenarnya sangat longgar dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, secara umum dapat dikatakan bahwa anak yang berkembang secara sosial adalah anak yang berhasil melaksanakan ketiga proses tersebut.
Hurlock menyatakan indikator dari perilaku sosial yang sukses adalah kerjasama, persaingan yang sehat, kemauan berbagi (sharing), minat untuk diterima, simpati, empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan bermanfaat, imitasi, dan periiaku lekat. Perkembangan emosi yang merupakan proses pengembangan kemampuan untuk tanggap secara emosional, terkait erat dengan perkembangan sosial anak. Respon yang nyaman menimbulkan penerimaan sosial yang baik.
6.      Perkembangan Emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia. Dalam hidup atau dalam proses perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkan. Jika kebutuhan tersebut terpenuhi, akan timbul rasa senang atau puas. Akan tetapi, jika kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, akan timbul rasa kecewa. Kecewa, senang, dan puas merupakan gejala perasaan yang mengandung unsur senang dan tidak senang. Emosi merupakan gejala perasaan disertai dengan perubahan atau perilaku fisik seperti marah yang ditunjukkan dengan teriakan suara keras atau tingkah laku yang lain. Begitu pula sebaliknya, yang gembira akan melonjak kegirangan.
Menurut Patty F (1992), emosi merupakan reaksi individu terhadap suatu pembahan pada situasi yang sekonyong-konyong sehingga tidak dapat bertindak dengan suatu tujuan tertentu. Reaksi tersebut berupa terkejut, takut, sedih, marah, atau gembira terhadap kejadian orang atau objek di luar individu.Gejala emosi yang lain adalah rasa takut, cinta, sedih dan duka cita, ingin tahu, dan penasaran.
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian individu karena kepribadian individu membentuk satu kesatuan yang terintegrasi.Kesatupaduan kepribadian tersebut sebenarnya sukar dipisah-pisahkan, tetapi untuk sekadar membantu mempermudah mempelajari dan memahaminya, pembahasan aspek demi aspek biasa dilakukan secara cermat. Secara sederhana, dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian, yaitu aspek fisik dan motorik, intelektual, sosial, bahasa, emosi dan moral, serta keagamaan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek besar yang terbagi lagi atas subaspekdan sub-sub aspek yang lebih kecil. Jika sudah sampai kepada rincian aspek yang kecil, seringkali seseorang sukar membedakan apakah sub-subaspek tersebut masih murni rincian dari sesuatu aspek atau telah terpadu dengan cub-sub dari aspek yang lain. Kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif ada yang bersifat potensial seperti bakat dan terdapat kecakapannyata atau kecakapan hasil belajar seperti kecakapan dalam bidang fisika, matematika, bahasa, dan sebagainya.Kecakapan dalam bidang bahasa meliputi kecakapan memahami isyarat dan bunyi, kecakapan menyampaikan buah pikiran atau menerima pemikiran orang lain, dll.Kecakapan-kecakapan terakhir ini Juga merupakan rincian dari aspek kemampuan berbahasa. Contoh lainadalah dalam aspek sosial. Aspek tersebut meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dll. Keberanian menghadapi orang menyangkut kematangan emosi, ketepatan sikap, dll.Kematangan emosi dan ketetapan sikap merupakan bagian dari aspek emosi atau afektif.Berdasarkan contoh-contoh tersebut terlihat bahwa antara suatu aspek dengan aspek lainnya terdapat kaitan yang sangat erat.Sekali lagi, hal tersebut menunjukkan keterpaduan kepribadian individu.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-sama atau sejajar, perkembangan suatu aspek mungkin mendahului atau mungkin Juga mengikuti aspek lainnya.Pada awal kehidupannya, yaitu pada saat dalam kandungan dan tahun-tahun pertama, perkembangan aspek fisik dan motorik sangat menonjol.Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi berkembang dari seperduaratus millimeter menjadi 50 cm panjangnya.Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang bisa duduk, merangkak, berdiri, bahkan pandai berjalan dan berian, dapat memegang, dan mempermainkan berbagai benda atau alat pada akhir tahun kedua. Pertumbuhan dan perkembangan fisik terus berjalan dan terjadi loncatan lagi pada usia13-16 tahun, yaitu masa remaja awal.
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak (usia 3-5 tahun), agak pesat pada masa anak sekolah (usia 11-12), dan sangat pesat pada masa remaja (usia 1.6-18 tahun). Aspek kognitif atau intelektual perkembangannya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihat hubungan, dan memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang kearah pemahaman dan pemecahan masalah yang pelik. Aspek tersebut berkembang pesat pada masa mulai masuk sekalah dasar (usia 6-7 tahun), berkembang konstan selama masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah atas (usia 1 6-17 tahun).Walaupun individu semakin pandai setelah belajar di Perguruan Tinggi atau Pascasarjana, para ahli berpendapat bahwa setelah usia 17 atau 18 tahun tidak ada peningkatan kemampuan lagi, yang ada hanyalah pengayaan, pendalaman, dan perluasan wawasan.
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan meraban perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial.Bahasa merupakan alat untuk berpikir. Berpikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses tersebut tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Perkembangan kedua aspek tersebut saling menunjang. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi dengan orang lain dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Dengan demikian, perkembangan kemampuan berbahasa juga berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan kemampuan sosial.Perkembangan bahasa berjalan pesat pada awal masa sekolah dasar dan mencapai kesempurnaan pada akhir masa remaja.
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (usia 13-14 tahun) dan remaja tengah (usia 15-16 tahun). Pada masa remaja awal, ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi dengan rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya.Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukardengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak tersebut berakhir pada masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Jika pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua dan ambivalensi, pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian dan sikap yang relatif mapan.
Aspek moral dan keagamaan juga berkembang sejak kecil.Peranan lingkungan, terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembanganaspek ini.Pada mulanya, anak melakukan perbuatan bermoral atas prakarsa sendiri. Perbuatan prakarsa sendiri ini pun, pada mulanya dilakukan karena ada control dari dalam atau dari dirinya sendiri.Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu perbuatan bermoral karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa harapan akan sesuatu imbalan, atau pujian. Secara potensial tingkatan moral tersebut dapat dicapai oleh individu pada akhir masa remaja, tetapi faktor-faktor dalam diri dan lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap pencapaiannya.
Secara umum/terdapat pola-pola perkembangan, baik untuk setiap aspek maupun keseluruhan aspek perkembangan, tetapi kenyataannya dalam perkembangan tiap individu seringkali ditemukan kekhususan-kekhususan.Seiain pola-poia umum juga terdapat pola khusus untuk setiap individu.Terbentuknya pola khusus tersebut berkaitan erat dengan perpaduan antarafaktor-faktor yang terdapat dalam diri individu dengan faktor luar.
D.    Tahap Dan Tugas Perkembangan
Secara umum , tahapan perkembangan manusia melalui tiga tahapan poko, yaitu:
1.      Tahap Perkembangan pada Masa konsepsi
2.      Tahap Perkembangan Pranatal, dan 
3.      Tahap Perkembangan Post Natal.
Pembagian tahap pperkembangan yang paling tua di kemukakan oleh  Aristoteles , seorang filosof Yunani yang hidup antara tahun 384 sampai 322 SM. Aristoteles membagi masa perkembangan tersebut atas tiga tahap, yaitu masa kanak-kanak (0-7 tahun), masa anak (7-14 tahun), masa remaja (14-21 tahun) setelah itu adalah masa dewasa.
Jean Jacques Rousseau filosof dan negarawan Perancis juga mengemukakan tentang tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi (0-2 tahun) anak hidup sebagai binatang, masa kanak-kanak (2-12 tahun) anak hidup sebagai manuusia biadab, masa remaja awal (12-15 tahun) anak hidup sebagai petualang perkembangan intelek dan pertimbangan , dan masa remaja yang sesungguhnya (15-24 tahun) individu hidup sebagai mahluk beradab. Ahli psikologi perkembangan yang lain, yaitu Stanley Hall juga membagi perkembangan anak tersebut atas empat tahap, yaitu: masa kanak-kanak (0-4 tahun) sebagai binatang melata dan berjalan masa anak (4-8 tahun) sebagai manusia pemburu, masa puber atau remaja awal (8-12 tahun) sebagai manusia biadab/liar, dan masa adolesen atau remaja sesungguhnya (12/13 sampai dewasa) di mulai dengan masa gejolak perasaan,konflik,nilai dan berakhir sebagai manusia berperadaban modern.
Menurut Sigmund Freud Perkembangan seksual telah di di mulai pada masa bayi dan di sebutnya sebagai tahap oral (oral stage) usia 0-2 tahun. Pada masa ini , bayi telah merasakan adanya rasa senang  jika adanya rangsangan benda,makanan,ataupun pada mulut. Tahap berikutnya adalah masa anal (anal stage) usia 2-4 tahun, bayi merasakan kesenangan jika buang air besar karena terdapat suatu rangsangan pada dubur (anal). Masa falik  (phallic stage) merupakan tahap berikutnya, yaitu pada usia 4-6 tahun, anak akan merasakan kesenangan jika ada rangsangan atau sentuhan pada kelaminnya. Masa latensi (latency stage) usia 6-12 tahun, dorongan seksualnya tidak tampak  sebab tersembunyi dalam berbagai aktivitas dan hubungan sosial. Masa genital (genital stage) usia 12 tahun sampai dewasa merupakan masa masa kematangan kehidupan seksual.
Donald B. Helms dan Jeffrey S. Tuner (1981) memberikan urutan lengkap dari perkembangan individu, yaitu masa: prental atau sebelum lahir dari masa konsepsi sampai lahi, bayi yaitu 0-2 tahun , kanak-kanak 2-3/4 tahun, anak kecil ¾-5/6 tahun, anak 6-12 tahun, remaja 12-19 tahun, dewasa 19-30 tahun, dewasa 30-65 tahun, dan usia lanjut 65 ke atas. Dalam berbagai kupasan, para ahli biasanya lebih menekankan pada perkembangan postnal saja mengingat bahwa tahapan perkembangan inilah yang Nampak nyata teramati.Tugas perkembangan yang muncul pada setiap priode perkembangan merupakan keharusan universal. Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa tugas perkembangan adalah kemampuan atau keterampilan  yang harus di kuasai atau di miliki anak pada priode perkembangan tertentu. Tugas perkembangan tersebut tersusun dari hal-hal berikut:
1.      Adanya kematangan fisik tertentu pada priode perkembangan tertentu pada priode perkembangan tertentu,
2.      Adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang mengalami perkembangan itu sendiri, dan
3.      Adanya tuntutan kultural dari masyarakat sekitar.
Perkembangan mencakup seluruh aspek kepribadian dan satu aspek dengan yang lain saling berinteraksi. Ketiganya mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas yang di hadapi individu dalam perkembangannya. Robert J.Havighurst, Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul dalam suatu priode tertentu dalam suatu priode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas tersebut harus di kuasai dan di selesaikan karena jika dapat di kuasai dan diselesaikan dengan baik akan memberikan kebahagiaan dan keberhasilan dalam perkembangan selanjutnya. Menurut Havighurst terdapat empat tahap besar perkembangan individu, yaitu:masa bayi dan kanak-kanak,masa anak, masa remaja, masa dewasa yang terbagi lagi atas dewasa muda, dewasa dan usia lanjut.
1.      Tugas-Tugas Perkembangan Masa Bayi Dan Kanak-Kanak
Pada beberapa bulan pertama kelahirannya, aspek yang memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya. Selanjutnya mata,telinga, dan tangan sebagai penghubung dengan dunia luar. Dengan berpusat pada mulut, di bantu dengan di lengkapi alat-alat indra dan anggota bayi, bayi mengadakan hubungan dan belajar tentang sekitar. Mellalui interaksi dengan menggunakan alat-alat tersebut dengan lingkungannya, bayi memperoleh kesan dan memahami lingkungannya.Pada akhir masa kanak-kanak, anak bukan saja mencapai kesempurnaan dalam gerakan-gerakan fisik, tetapi juga menguasai sejumlah kemampuan intelektual, sosial, bahkan moral.
Beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus di kuasai oleh anak pada masa ini adalah:
1.      Belajar berjalan. Pada usia satu tahun, tulang dan otot-otot bayi telah cukup kuat melakukan gerakan berjalan.
2.      Belajar mengambil makanan. Dengan di awali oleh kemampuan mengambil dan memakan sendiri makanan yang di butuhkan, bayi telah memulai usaha memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya.
3.      Belajar berbicara. Bicara merupakan alat berpikir dan berkomunikasi dengan orang lain. Melalui tugas tersebut, akan dipelajari bunyi-bunyi yang mengandung arti dan berusaha mengomunikasikannya dengan orang-orang di sekitarnya
4.      Belajar mengontrol cara-cara buang air. Pengontrolan cara buang air bukan hanya berfungsi menjaga kebersihan, tetapi juga menjadi indikator utama kemampuan berdiri sendiri, pengendalian dia dan sopan santun. Anak yang sudah menguasai cara-cara buang air dengan baik, termasuk tempat dan pemeliharaan kebersihannya, pada tahap selanjutnya akan mampu mengendalikan diri dan bersopan santun.
5.      Belajar mengetahui jenis kelamin. Dalam masyarakat akan selalu ditemui individu dengan jenis kelamin pria atau wanita, walaupun ada juga yang berkelainan. Anak harus mengenal jenis-jenis kelamin, baik ciri-dri biologisnya maupun sosial kulturalnya serta peranan-peranannya. Pengenalan tentang jenis kelamin sangat penting bagi pembentukan peranan dirinya serta penentuan bentuk periakuan dan interaksi, baik dengan jenis kelamin yang sama maupun yang berbeda dengan dirinya.
6.      Menguasai stabilitas jasmaniah. Pada masa bayi, kondisi fisiknya sangat labil dan peka, mudah sekali berubah dan terkena pengaruh dari luar. Pada akhir masa kanak-kanak, ia harus memiliki jasmani yang stabil, kuat, sehat, dan seimbang agar mampu melakukan tuntutan-tuntutan perkembangan selanjutnya.
7.      Memiliki konsep sosial dan fisik, meskipun masih sederhana. Anak hidup dalam lingkungan fisik dan sosial tertentu. Agar dapat hidup secara wajar dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut memiliki konsep-konsep sosial dan fisik yang sesuai dengan kemampuannya. Anak harus sudah mengetahui apa itu binatang, manusia, rumah, baik, jahat, dan lain-lain.
8.      Belajar hubungan sosial yang baik dengan orang tua, saudara, serta orang-orang dekat lainnya. Anak selalu berhubungan dengan orang lain, baik dalam keluarganya maupun di lingkungannya.
9.      Belajar membedakan mana yang baik dan tidak baik serta pengembangan hati nurani. Pergaulan hidup selalu berisi dan berlandaskan moral. Sesuai dengan kemampuannya, anak dituntut telah mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang tidak baik, lebih jauh ia dituntut untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindarkan perbuatan yang tidak baik. Diharapkan kebaikan-kebaikan tersebut menjadi bagian dari hati nuraninya.
2.      Tugas-Tugas Perkembangan Masa Anak
Jika pada masa bayi dan kanak-kanak, dunia anak lebih banyak dalam rumah bersama keluarganya, pada masa anak yang berusia antara 6-12 tahun, dunianya lebih banyak di sekolah dan lingkungan sekitar. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat tiga dorongan Besar yang dialami anak pada masa ini: (1) dorongan untuk ke luar dari rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya {peer group), (2) dorongan fisik untuk melakukan berbagai bentuk permainan dan kegiatan yang menuntut keterampilan/gerakan fisik, dan (3) dorongan mental untuk masuk ke dunia konsep, pemikiran, interaksi, dan simbol-simbol orang dewasa.
Beberapa tugas perkembangan yang dituntut pada masa ini adalah:
1)      Belajar keterampiian fisik yang diperlukan dalam permainan. Anak dimasa ini senang sekali bermain. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan fisik seperti menangkap, melempar, menendang bola, berenang, dan mengendarai sepeda.
2)      Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini, anak dituntut mengenal dan dapat memelihara kesehatan dan keselamatan dirinya, menyanyangi dirinya, senang berolahraga, dan berekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya, serta memiliki sikap yang tepat terhadap jenis kelamin lain.
3)      Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini, anak dituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama, dan membina hubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong. dan membentuk kepribadian sosial.
4)      Belajar melakukan peranan sosial sebagai laki-laki atau wanita. Anak dituntut melakukan peranan-peranan sosial yang diharapkan masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya.
5)      Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual dasar, yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah dan perkembangan belajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini dituntut telah menguasai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
6)      Pengembangan konsep-konsep diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menyesuaikan dtri dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntut telah memiliki konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berkenaan dengan pergaulan, pekerjaan, kehidupan keagamaan, dll.
7)      Pengembangan moral, nilai, dan hati nurani. Pada masa ini, anak dituntut telah mampu menghargai perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan moral. Pada masa ini juga diharapkan mulai tumbuh pemikiran akan sekala nilai dan pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan atas kata hati.
8)      Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur pada masa ini anak dituntut memiliki kemerdeka an pribadi. Anak mampu memilih, merencanakaadan melakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa tergantung pada orang tuanya atau orang dewasa lainnya.
9)      Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial. Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadap lembaga-lembaga dan unit atau kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.
3.      Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
Masa remaja atau adolesen merupakan masa peralih an antara, masa anak dengan dewasa.Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian itu telah diawali pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terJadi pada masa ini, sebab setelah melewati masa in«, remaja telah berubah menjadi searang dewasa.Karena peranannya sebagai masa transisi antara masa anak dan dewasa, maka pada masa ini terjadi berbagai gejolak atau kemelut Gejolak atau kemelut ini terutama berkenaan dengan segi afektif, sosial, intelektual juga moral.Hal itu terjadi terutama karena adanya perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu kestabilan kepribadian anak.
Beberapa tugas perkembangan yang harus diselesai kan para remaja pada masa ini adalah :
1)      Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Remaja hendaknya mampu melihat gadis sebagai wanita dan pemuda sebagai laki-laki, menjadi seorang dewasa di antara orang dewasa lainnya. Belajar bekerja dengan orang lain untuk mencapaitujuan tujuan-tertentu, bisa melepaskan perasaan-perasaan pribadi dan mampu memimpin tanpa mendominasi.
2)      Mampu melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita. Mampu menghargai, menerima dan melakukan peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita dewasa.
3)      Menerima kondisi jasmaninya dan dapat mengguna kannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangj dan menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat menghargai atau menghormati kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya.
4)      Memiliki keberdirisendirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi sebagai kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.
5)      Memiliki perasaan mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan mampu untuk mencari nafkah sendiri.
6)      Mampu memilih dan mempersiapkan diri untuk sesuatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih pekerjaan yang cocok dan mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang sesuai.
7)      Belajar mempersiapkan diri untuk perkawinan dan hidup berkeluarga. Memiliki sikap yang positif terhadap hidup berkeluarga dan punya anak. Untuk anak wanita telah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memelihara anak dan rumah tangga.
8)      Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat Mengembang kan konsep-konsep tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi kehidupan modem, mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat memecahkan problema-problema masyarakat modern.
9)      Memiliki perilaku sosial seperti yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
10)  Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yang bisa diterapkam dalam kehidupannya.
4.      Tugas-tugas Perkembangan Masa Dewasa Muda
Pada akhir masa remaja, hampir seluruh aspek kehidupan individu telah berkembang dan siap untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai orang dewasa. Havinghurts membagi kehidupan masa dewasa tersebut atas tiga fase, yaitu: dewasa muda, dewasa, dan usia lanjut.
Pada masa dewasa muda, tiigas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu adalah:
1)      Memilih pasangan hidup. Masa dewasa muda merupakan masa awal membina karir dan keluarga. Kehidupan berkeluarga diawali dengan memilih pasangan hidup sebagai suami dan istri. Pasangan suami-istri selain didasari oleh rasa kasih sayang juga harus didasari oleh pertimbangan yang matang, tentang kesesuaian sifat, kesamaan tujuan hidup, serta berbagai kemampuan dan kesiapan melaksanakan tugas-tugas keluarga.
2)      Belajar hidup bersama pasangan hidup. Hidup berkeluarga merupakan hidup bersama antara dua orang yang memiliki latar belakang kehidupan, sifat, dan mungkin minat dan kebiasaan yang berbeda. Meskipun demikian, mereka memiliki kebutuhan yang sama, yaitu kebutuhan untuk hidup bersama. Pemahaman tentang kesamaan dan perbedaan-perbedaan tersebut tidak dapat muncul begitu saja, tetapi harus ada kesediaan dan usaha dari kedua belah pihak untuk mempelajarinya. Tanpa pemahaman mengenai hal-hal tersebut, keharmonisan keluarga sulit untuk direalisasikan.
3)      Memulai hidup berkeluarga. Keluarga merupakan masyarakat kecil. Hampir seluruh aspek kehidupan kemasyarakatan ada dalam keluarga. Dalam keluarga terdapat aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, pendidikan, kesehatan, keamanan, etika, estetika, dll. Suami, istri, dan anak-anak harus mengembangkan dan mengadakan penataan serta harus mengembangkan dan mengadakan penataan serta pengelolaan tentang aspek-aspek tersebut, mengadakan pembagian tugas, mengembangkan mekanisme kerja, menciptakan iklim kehidupan, dll sehingga semua kebutuhan dapat terpenuhi dan semua urusan keluarga dapat diselesaikan dengan baik.