blog ini merupakan blog yang berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan dunia pendidikan, keilmuan dan juga dunia penelitian.

Laman

Friday 19 May 2017

KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU

KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU


A.    Pengertian Individu
Manusia adalah makhluk yang dapat  di pandang berbagai sudut. Sejak ratusan tahun sebelum isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia maupun  Objek materil yang manusia sebagai  apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sebagai mana di ketahui, manusia adalah makhluk yang berpikir atau homo sapiens, makhluk yang berbentuk atau homo faber, makhluk yang dapat di didik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat di gunakan untuk menetapkan cara pendekatan yang akan di lakukan terhadap manusia tersebut. Berbagai pandangan tersebut membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Bangsa indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang seimbang antar berbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan sosial, (ii) jasmani dan rohani, (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan manusia dengan tuhan.
Dalam kaitannya dengan kepentingannya pendidikan, akan lebih di tekankan hakikat manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk tuhan dengan menempatkan hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut (Webster’s:743). Menurut kamus echols & shadaly, individu adalah kata benda dari individual yang berati orang, perseorangan, oknum (echols,1975:519). Sejak lahir, bahkan sejak masih didalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal kehidupannya, seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninnya, ia belum peduli dengan apa yang telah terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi akan tetapi, dalam  perkembangannya lebih luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membutuhkan teman, keamanan, dan seterusnya. Semakin besar anak, kebutuhan nonfisik nya juga semakin banyak. Dengan demikian, telah terjadi perkembangan dalam hal kebutuhan-kebutuhan tersebut, baik fisik maupun nonfisik. Bila dicermati, kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok besar,yaitu kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua sekunder. Dengan kata lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti perkembangan asfek kejiwaan atau psikisnya.
B.     Karakteristik Individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dankarakteristik yang di peroleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang di milik sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu, terdapat keyakinan serta kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal tersebut merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah, masing – masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi makin di sadari bahwa apa yang di rasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di di antara faktor – faktor biologis yang di turunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak – kanak pada usia 4 atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia berusia 5 atau 6 tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak, karakteristik pribadi dan kebiasaan – kebiasaan yang di bawanya ke sekolah akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal tersebut tampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan hidupnya kemudian.
Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa di gunakan untuk menjelaskan karakteristik – karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang di lahirkan menjadi seseorang individu seperti “dia” atau sejauh mana seseorang di pengaruhi subjek penelitian dan diskusi. Karakter yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristikyang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak di pengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru tersebut, secara berkesinambungan di pengaruhi oleh banyak dan bermacam – macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing – masing perangsang tersebut, baik secara terpisah maupun terpadu denganrangsangan yang lain, semuanya membantu perkembangan potensi – potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang di bawa sejak lahir. Hal tersebut akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan individu – individu lain.
C.    Aspek Perkembangan Individu
Perkembangan-perkembangan dasar atau ensensi dari lingkungan belajar mengajar yang sehat adalah suasana belajar yang secara nyata yang dapat menumbuhkan perasaan yang terdapat siswa dan guru di dalam kelas.Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi belajar mengajar tersebut tergantung pada peran guru dalam menciptakan setuasi mengajar yang kondusif. Peran tersebut berangkat dari pemikiran bahwa ensensi setuasi mengajar yang kondusif yang sehat adalah setuasi belajar yang dapat menumbuhkan’’perasaan dekat’’ antara guru dan anak, merasa saling membutuhkan, saling menghargai, dan sebagainya. Dengan perasaan saling memperhatikan yang terdapat  antar guru dan anak dalam proses belajar mengajar, sikap guru yang merupakan cerminan perasaan yang melandasari transaksi belajar mengajar diantaranya adalah:


1.      Penerimaan (acceptance)
Sikap ini meliputi pengenalan dan pengakuan terhadap berbagai kemampuan  dan keterbatasan  mental,emosianal, fisik, dan sosial yang dimiliki anak. Sikap acceptance tersebut harus dilandasi pemahaman  bahwa guru mempunyai kepercayaan terhadap terhadap diri sendiri berupa  kemampuan mengajar dan kemampuan dalam menghadapi anak. Tanpa kepercayaan diri, guru tidak akan mampu bersikap menerima terhadap berbagai kekurangan dan permasalahan orang lain.Sebaliknya, guru yang banyak menegakkan otoritas secara berlebihan dan selalu menuntut bahwa guru tersebut belum mencapai kematangan emosianal dan rasa percaya diri.
2.      Rasa Aman
Rasa aman  dan disayangi merupakan kebutuhan dasar manusia  yang perlu memperoleh pemenuhan  dalam proses belajar mengajar  diperlukan pula adanya rasa di sayangi  dan di terima oleh kelompok dan guru. Jika anak dalam kegiatan pembelajaran merasa aman di terima sebagaimana adanya, akan membuat anak  tersebut merasa aman  dan kerasan  selama proses pembelajaran berlangsung dan termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut dapat lebih di tingkatkan jika dosen selalu memberikan penghargaan  dan umpan balik terhadap tugas-tugas mahasiswa.
3.      Pemahaman Akan Adanya  Individual (differences)
Pemahaman pendidik bahwa tidak ada manusia yang sama serta prilaku mahasiswa selalu bersifat ” unik” menjadikan diperlukan kesabaran dalam menghadapi berbagai prilaku anak. Guru hendaknya dapat secara bijak tahu kapan harus memperlakukan  siswa sebagai anggota kelompok  yang memang harus  diperlukan siswa sebagai individu yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal terpenting adalah bahwa guru harus menjaga keseimbangan antara sikap otoritatif  untuk mengarahkan prilaku  anak dari sikap ngemong dan pemberian kesempatan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi  masing-masing.
a.      Menggunakan cara-cara yang demokratis
Penggunaan cara yang demokratis dalam proses pembelajaran termanifestasi dalam prilaku saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing, adanya perencanaan atau kontrak pembelajaran yang kooperatif  atau berdasar pada kesempatan  serta pedelegasian wewenang dan tanggung jawab. Cara tersebut akan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, di mana muncul keyakinan  bahwa anak diberi kepercayaan untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan beri pula kesempatan untuk melakukan pilihan-pilihan dengan pertimbangan pribadi (dengan mempertimbangkan konsekuensi  dari pilihan tersebut). Dalam proses belajar mengajar, anak hendaknya juga  memperhitungkan suara siswa agar suasana kelas tidak menjadi kaku.
b.      Sikap Bersahabat
Dengan dilandasi pemahaman terhadap berbagai kemampuan dan kekurangan yang ada pada anak, sikap percaya serta kesabaran dari guru sebagai pengajar, akan memunculkan rasa “saling” dimana guru  sebagai pendidik selalu berusaha  untuk mengomunikasikan apa yang diharapkan dari anak didik, memberikan arahan, bantuan, dan bimbingan agar harapan tersebut tercapai efektif dan efesien,  termasuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan  secara terbuka permasalahannya sehingga akan tercapai kepuasan antara dua belah pehak. Oleh karena itu, siswa akan sekuat tenaga memenuhi harapan tersebut.
4.      Perlunya Pemahaman Perkembangan Peserta Didik
Dari berbagai saluran tersebut, Nampak bahwa mempelajari berbagai aspek psikologi anak sangat membantu keberhasilan proses pengajaran karena dengan memahami berbagai faktor yang merupakan kondisi awal anak, akan menjadi alat bantu yang penting bagi penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah di tetapkan. Dengan pemahaman tersebut, di harapkan setiap pengajar akan dapat melayai anak didik secara tepat sesuai dengan kondisi yang mereka miliki. Berbagai macam kegiatan dalam proses pendidikan yang memerlukan pemahaman terhadap peserta didik, di antaranya adalah perencanaan pendidikan, pemilihan alat dan sumber belajar, pemilihan materi, interaksi belajar mengajar, pemberian motivasi , layanan bimbingan penyuluhan dan berbagai faktor yang lain.
Dalam situasi pengajaran atau dalam situasi pengajaran atau dalam proses belajar mengajar, guru adalah figure sentral yang kuat dan berwibawa, tetapi juga harus selalu dapat menunjukkan sikap bersahabat dengan anak. Guru adalah pengambil keputusan (decision maker) yang harus dapat mengambil keputusan yang bijaksana dalam berbagai situasi dan untuk kepentingan pendidikan. Pemahaman tentang kemampuan awal, cara belajar anak, serta kepribadian anak secara menyeluruh juga akan dapat di pakai untuk landasan dalam pengambilan keputusan dalam proses belajar mengajar yang menyangkut pemberian materi perbaikan ataupun pengayaan, kenaikan kelas, penempatan anak sesuai dengan kemampuan dan sebagainya.
Dengan mencermati begitu sentralnya masalah pemahaman peserta didik dalam keseluruhan proses pendidikan tersebut, nampaknya tidak ada pilihan lain bagi pengajar untuk berusaha semaksimal mungkin memahami berbagai perbedaan yang ada pada anak didik untuk kemudian menghubungkan berbagai perbedaan tersebut dengan pelayanan yang harus di berikan tidak saja perlayanan secara individual yang berupa pengajaran remedial, bermasalah, tetapi juga perlayanan secara klasikal, misalnya dalam pemilihan alat dan sumber belajar, pemberian ilustrasi dalam menjelaskan meteri / bahasan tetentu.
Tugas tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan ketelatenan dan dedikasi yang tinggi untuk dapat selalu memahami anak, menyesuaikan penyesuaian tersebut dalam cara mengajar dan dalam pengambilan keputusan. Cara yang paling sederhana dan tidak menyalahi aturan main sebagai pengajar adalah selalu memperlakukan anak sebagai anggota kelompok yang selalu di perlakukan dan di tuntut sama, meskipun hal tersebut bukanlah tindakan yang bijak. Faktor lapangan juga masih sangat banyak di temukan pengajar yang berlaku seperti ilustrasi tersebut, hal tersebut dapat di sebabkan oleh berbagai hal di antaranya adalah :
1)      Kurangnya pemahaman guru akan pentingnya memahami perkembangan dan perbedaan individual.
2)      Kurangnya kesadaran dan dedikasi guru, untuk mau di repotkan denganberbagai perbedaan yang ada pada anak.
3)      Guru juga merupakan pribadi yang unik, yang juga perlu di pahami mengenai berbagai perbedaan yang ada pada mereka.

Apapun hambatan yang di alami di lapangan dan bagaimanapun sulitnya memahami setiap individu siswanya merupakan tugas guru sebagai tenaga pengajar untuk terus melakukan usaha, agar proses pengajaran dapat membuahkan hasil yang maksimal. Menjadi beban yang tidak ringan juga bahwa untuk dapat melaksanakan perannya sebagai pengajar dan pendidik ini akan sering di alami oleh guru pertentangan batin antara dirinya sebagai guru dan pendidik yang harus banyak memahami orang lain dengan fungsinya sebagai pribadi yang juga memiliki berbagai perbedaan yang kadang kala juga memerlukan pemahaman khusus.

0 comments:

Post a Comment