KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU
A.
Pengertian Individu
Manusia
adalah makhluk yang dapat di pandang
berbagai sudut. Sejak ratusan tahun sebelum isa, manusia telah menjadi salah
satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia
maupun Objek materil yang manusia
sebagai apa adanya manusia dan dengan
berbagai kondisinya. Sebagai mana di ketahui, manusia adalah makhluk yang
berpikir atau homo sapiens, makhluk yang berbentuk atau homo faber, makhluk
yang dapat di didik atau homo educandum, dan seterusnya merupakan
pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat di gunakan untuk menetapkan cara
pendekatan yang akan di lakukan terhadap manusia tersebut. Berbagai pandangan
tersebut membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Bangsa
indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud manusia secara
utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan pengejawantahan manunggalnya
berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat kodrati manusia yang seimbang
antar berbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan sosial, (ii) jasmani
dan rohani, (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan tersebut
menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya, manusia
dengan sesama manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya, dan
manusia dengan tuhan.
Dalam
kaitannya dengan kepentingannya pendidikan, akan lebih di tekankan hakikat
manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan makhluk sosial, sebagai
kesatuan jasmani dan rohani, dan sebagai makhluk tuhan dengan menempatkan
hidupnya di dunia sebagai persiapan kehidupannya di akhirat. Seseorang berbeda
dengan orang lain karena ciri-cirinya yang khusus tersebut (Webster’s:743).
Menurut kamus echols & shadaly,
individu adalah kata benda dari individual yang berati orang, perseorangan,
oknum (echols,1975:519). Sejak
lahir, bahkan sejak masih didalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan
psikofisis atau psikosomatis yang terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam pertumbuhan
dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Pada awal
kehidupannya, seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninnya, ia belum peduli
dengan apa yang telah terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apabila
kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi akan
tetapi, dalam perkembangannya lebih
luas. Kebutuhannya kian bertambah dan suatu saat ia membutuhkan teman,
keamanan, dan seterusnya. Semakin besar anak, kebutuhan nonfisik nya juga
semakin banyak. Dengan demikian, telah terjadi perkembangan dalam hal
kebutuhan-kebutuhan tersebut, baik fisik maupun nonfisik. Bila dicermati,
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dibedakan menjadi 2(dua) kelompok
besar,yaitu kebutuhan utama atau primer dan kebutuhan kedua sekunder. Dengan
kata lain, pertumbuhan fisik senantiasa diikuti perkembangan asfek kejiwaan
atau psikisnya.
B.
Karakteristik Individu
Setiap
individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dankarakteristik yang di peroleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang di milik sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu,
terdapat keyakinan serta kepribadian terbawa pembawaan (heredity) dan
lingkungan. Hal tersebut merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor
terpisah, masing – masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu
bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi makin di
sadari bahwa apa yang di rasakan oleh seorang anak, remaja, atau dewasa
merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di di antara faktor – faktor
biologis yang di turunkan dan pengaruh lingkungan.
Seorang
anak mungkin memulai pendidikan formalnya di tingkat taman kanak – kanak pada
usia 4 atau 5 tahun. Pada awal ia memasuki sekolah mungkin tertunda sampai ia
berusia 5 atau 6 tahun. Tanpa memperdulikan berapa umur seorang anak,
karakteristik pribadi dan kebiasaan – kebiasaan yang di bawanya ke sekolah
akhirnya terbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal tersebut tampaknya
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilannya di sekolah dan masa perkembangan
hidupnya kemudian.
Natur
dan nurture merupakan istilah yang biasa di gunakan untuk menjelaskan
karakteristik – karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional
pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang di lahirkan menjadi
seseorang individu seperti “dia” atau sejauh mana seseorang di pengaruhi subjek
penelitian dan diskusi. Karakter yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedangkan karakteristikyang berkaitan
dengan sosial psikologis lebih banyak di pengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang
bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis
keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau
konsepsi kehidupan yang baru tersebut, secara berkesinambungan di pengaruhi
oleh banyak dan bermacam – macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing –
masing perangsang tersebut, baik secara terpisah maupun terpadu
denganrangsangan yang lain, semuanya membantu perkembangan potensi – potensi
biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang di bawa sejak lahir. Hal
tersebut akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat
mewujudkan seseorang sebagai individu yang berkarakteristik berbeda dengan
individu – individu lain.
C.
Aspek Perkembangan Individu
Perkembangan-perkembangan
dasar atau ensensi dari lingkungan belajar mengajar yang sehat adalah suasana
belajar yang secara nyata yang dapat menumbuhkan perasaan yang terdapat siswa
dan guru di dalam kelas.Perasaan-perasaan yang mendasari transaksi belajar
mengajar tersebut tergantung pada peran guru dalam menciptakan setuasi mengajar
yang kondusif. Peran tersebut berangkat dari pemikiran bahwa ensensi setuasi
mengajar yang kondusif yang sehat adalah setuasi belajar yang dapat
menumbuhkan’’perasaan dekat’’ antara guru dan anak, merasa saling membutuhkan,
saling menghargai, dan sebagainya. Dengan perasaan saling memperhatikan yang
terdapat antar guru dan anak dalam
proses belajar mengajar, sikap guru yang merupakan cerminan perasaan yang
melandasari transaksi belajar mengajar diantaranya adalah:
1.
Penerimaan (acceptance)
Sikap
ini meliputi pengenalan dan pengakuan terhadap berbagai kemampuan dan keterbatasan mental,emosianal, fisik, dan sosial yang
dimiliki anak. Sikap acceptance tersebut harus dilandasi pemahaman bahwa guru mempunyai kepercayaan terhadap
terhadap diri sendiri berupa kemampuan
mengajar dan kemampuan dalam menghadapi anak. Tanpa kepercayaan diri, guru
tidak akan mampu bersikap menerima terhadap berbagai kekurangan dan
permasalahan orang lain.Sebaliknya, guru yang banyak menegakkan otoritas secara
berlebihan dan selalu menuntut bahwa guru tersebut belum mencapai kematangan
emosianal dan rasa percaya diri.
2.
Rasa Aman
Rasa
aman dan disayangi merupakan kebutuhan
dasar manusia yang perlu memperoleh
pemenuhan dalam proses belajar mengajar diperlukan pula adanya rasa di sayangi dan di terima oleh kelompok dan guru. Jika
anak dalam kegiatan pembelajaran merasa aman di terima sebagaimana adanya, akan
membuat anak tersebut merasa aman dan kerasan
selama proses pembelajaran berlangsung dan termotivasi untuk mengikuti
proses belajar mengajar dengan sungguh-sungguh. Hal tersebut dapat lebih di
tingkatkan jika dosen selalu memberikan penghargaan dan umpan balik terhadap tugas-tugas
mahasiswa.
3.
Pemahaman Akan Adanya Individual (differences)
Pemahaman
pendidik bahwa tidak ada manusia yang sama serta prilaku mahasiswa selalu
bersifat ” unik” menjadikan diperlukan kesabaran dalam menghadapi berbagai
prilaku anak. Guru hendaknya dapat secara bijak tahu kapan harus
memperlakukan siswa sebagai anggota
kelompok yang memang harus diperlukan siswa sebagai individu yang
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal terpenting adalah bahwa guru
harus menjaga keseimbangan antara sikap otoritatif untuk mengarahkan prilaku anak dari sikap ngemong dan pemberian
kesempatan berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.
a.
Menggunakan cara-cara yang demokratis
Penggunaan
cara yang demokratis dalam proses pembelajaran termanifestasi dalam prilaku
saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing, adanya perencanaan atau
kontrak pembelajaran yang kooperatif atau
berdasar pada kesempatan serta
pedelegasian wewenang dan tanggung jawab. Cara tersebut akan menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak, di mana muncul keyakinan bahwa anak diberi kepercayaan untuk dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri dan beri pula kesempatan untuk melakukan
pilihan-pilihan dengan pertimbangan pribadi (dengan mempertimbangkan
konsekuensi dari pilihan tersebut).
Dalam proses belajar mengajar, anak hendaknya juga memperhitungkan suara siswa agar suasana
kelas tidak menjadi kaku.
b.
Sikap Bersahabat
Dengan
dilandasi pemahaman terhadap berbagai kemampuan dan kekurangan yang ada pada
anak, sikap percaya serta kesabaran dari guru sebagai pengajar, akan
memunculkan rasa “saling” dimana guru
sebagai pendidik selalu berusaha
untuk mengomunikasikan apa yang diharapkan dari anak didik, memberikan
arahan, bantuan, dan bimbingan agar harapan tersebut tercapai efektif dan
efesien, termasuk memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengemukakan secara
terbuka permasalahannya sehingga akan tercapai kepuasan antara dua belah pehak.
Oleh karena itu, siswa akan sekuat tenaga memenuhi harapan tersebut.
4.
Perlunya Pemahaman Perkembangan Peserta Didik
Dari
berbagai saluran tersebut, Nampak bahwa mempelajari berbagai aspek psikologi
anak sangat membantu keberhasilan proses pengajaran karena dengan memahami
berbagai faktor yang merupakan kondisi awal anak, akan menjadi alat bantu yang
penting bagi penyelenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah di tetapkan. Dengan pemahaman tersebut, di harapkan setiap pengajar akan
dapat melayai anak didik secara tepat sesuai dengan kondisi yang mereka miliki.
Berbagai macam kegiatan dalam proses pendidikan yang memerlukan pemahaman
terhadap peserta didik, di antaranya adalah perencanaan pendidikan, pemilihan alat
dan sumber belajar, pemilihan materi, interaksi belajar mengajar, pemberian
motivasi , layanan bimbingan penyuluhan dan berbagai faktor yang lain.
Dalam
situasi pengajaran atau dalam situasi pengajaran atau dalam proses belajar
mengajar, guru adalah figure sentral yang kuat dan berwibawa, tetapi juga harus
selalu dapat menunjukkan sikap bersahabat dengan anak. Guru adalah pengambil
keputusan (decision maker) yang harus dapat mengambil keputusan yang bijaksana
dalam berbagai situasi dan untuk kepentingan pendidikan. Pemahaman tentang
kemampuan awal, cara belajar anak, serta kepribadian anak secara menyeluruh
juga akan dapat di pakai untuk landasan dalam pengambilan keputusan dalam
proses belajar mengajar yang menyangkut pemberian materi perbaikan ataupun
pengayaan, kenaikan kelas, penempatan anak sesuai dengan kemampuan dan
sebagainya.
Dengan
mencermati begitu sentralnya masalah pemahaman peserta didik dalam keseluruhan
proses pendidikan tersebut, nampaknya tidak ada pilihan lain bagi pengajar
untuk berusaha semaksimal mungkin memahami berbagai perbedaan yang ada pada
anak didik untuk kemudian menghubungkan berbagai perbedaan tersebut dengan
pelayanan yang harus di berikan tidak saja perlayanan secara individual yang
berupa pengajaran remedial, bermasalah, tetapi juga perlayanan secara klasikal,
misalnya dalam pemilihan alat dan sumber belajar, pemberian ilustrasi dalam
menjelaskan meteri / bahasan tetentu.
Tugas
tersebut bukanlah merupakan pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan
ketelatenan dan dedikasi yang tinggi untuk dapat selalu memahami anak,
menyesuaikan penyesuaian tersebut dalam cara mengajar dan dalam pengambilan
keputusan. Cara yang paling sederhana dan tidak menyalahi aturan main sebagai
pengajar adalah selalu memperlakukan anak sebagai anggota kelompok yang selalu
di perlakukan dan di tuntut sama, meskipun hal tersebut bukanlah tindakan yang
bijak. Faktor lapangan juga masih sangat banyak di temukan pengajar yang
berlaku seperti ilustrasi tersebut, hal tersebut dapat di sebabkan oleh berbagai
hal di antaranya adalah :
1) Kurangnya pemahaman guru akan pentingnya
memahami perkembangan dan perbedaan individual.
2) Kurangnya kesadaran dan dedikasi guru, untuk
mau di repotkan denganberbagai perbedaan yang ada pada anak.
3) Guru juga merupakan pribadi yang unik, yang
juga perlu di pahami mengenai berbagai perbedaan yang ada pada mereka.
Apapun
hambatan yang di alami di lapangan dan bagaimanapun sulitnya memahami setiap
individu siswanya merupakan tugas guru sebagai tenaga pengajar untuk terus
melakukan usaha, agar proses pengajaran dapat membuahkan hasil yang maksimal.
Menjadi beban yang tidak ringan juga bahwa untuk dapat melaksanakan perannya
sebagai pengajar dan pendidik ini akan sering di alami oleh guru pertentangan
batin antara dirinya sebagai guru dan pendidik yang harus banyak memahami orang
lain dengan fungsinya sebagai pribadi yang juga memiliki berbagai perbedaan
yang kadang kala juga memerlukan pemahaman khusus.
0 comments:
Post a Comment